Kita sedang berada di penghujung tahun 2012 M.
dan segera memasuki tahun baru 2013 M. Bagaimana seharusnya seorang muslim atau
keluarga muslim secara khusus dan umat Islam secara umum menyikapi fenomena
pergantian tahun seperti ini? Berikut beberapa catatan yang perlu diingat dan
diperhatikan:
Pertama: Mari memanfaatkan fenomena pergantian
waktu : siang-malam, hari, pekan, bulan, tahun dan seterusnya, yang merupakan
bagian dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah, untuk melakukan hal-hal
yang semakin mendekatkan diri kita kepada Allah, seperti dengan banyak
ber-tafakkur dan berdzikir mengingat muraqabatullah (pengawasan Allah) terhadap
segala prilaku kita dalam hidup ini. Dan bukan justru untuk merayakannya dengan
cara-cara yang berlebih-lebihan, penuh kesia-siaan, apalagi penuh dengan aksi
“demonstrasi” dosa dan kemaksiatan, yang semakin membuat kita lupa, lalai dan
menjauh dari Allah Dzat Pemilik waktu dan Pengatur pergantiannya.
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran/kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang berakal “ (QS. Ali Imran [3] : 190).
Dan seluruh bentuk hura-hura penyambutan tahun
baru masehi, disamping adalah sikap meniru-niru kebiasaan buruk dan budaya
negatif kaum serta umat lain, yang terlarang di dalam ajaran Islam, karena akan
menghapus identitas keislaman ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
atau setidaknya memburamkannya.
“Barangsiapa yang meniru-niru/menyerupai suatu
kaum (dalam hal-hal yang tak dibenarkan), maka berarti ia telah menjadi bagian
dari kaum itu” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Disamping itu juga minimal merupakan tindakan
sia-sia yang tidak penting dan tidak bermanfaat, yang menjadi indikasi
rendahnya level keislaman ummat muslim yang melakukannya.
“Diantara tanda/bukti baiknya tingkat keberisalam
seseorang, adalah dengan meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya” (HR.
At-Tirmidzi dan lain-lain).
Kedua: Setiap orang Islam, dalam segala kondisi,
situasi dan waktu, wajib senantiasa dengan bangga mempertahankan identitas
keimanannya dan menunjukkan jati diri keislamannya. Oleh karenanya, hendaklah
setiap keluarga muslim waspada dengan menjaga anggotanya agar tidak terbawa
arus budaya jahiliyah dalam merayakan momen pergantian tahun masehi dan
menyambut tahun baru seperti sekarang ini. Karena itu semua hanya akan
menggerus akidah, melunturkan keimanan dan mengikis identitas keislaman.
“Dan jika mereka berpaling, maka katakanlah
(dengan bangga) kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang
Islam (yang berserah diri kepada Allah)”. (QS. Ali Imran : 64).
“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata
(dengan bangga): “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Islam (yang berserah
diri)?” (QS. Fushshilat : 33).
Ketiga: Berdasarkan sunnah Nabi shallallahu
’alaihi wasallam, tidak ada contoh aktifitas atau praktik amalan tertentu dalam
menyambut pergantian tahun, baik tahun hijriyah apalagi tahun miladiyah
(masehi). Namun tidak ada salahnya, jika momentum ini digunakan untuk hal-hal
bermanfaat yang tidak bersifat ritual khusus, seperti untuk dijadikan sebagai
terminal pengambilan ibrah dan pelajaran darinya, disamping dimanfaatksn untuk
ber-muhasabah dan berinstropeksi diri. Karena setiap muslim harus selalu
melakukan muhasabah diri, disamping setiap saat, juga yang bersifat harian,
pekanan, bulanan, tahunan dan seterusnya.
Umar bin Al Khatthab radhiyallahu ’anhu berkata:
”Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu
ditimbang nanti dan bersiap-siaplah untuk hari menghadap yang paling besar
(hari menghadap Allah)”, Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada
sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah “. (QS Al-Haaqqah : 18).
Keempat: Pergantian tahun juga bisa dijadikan
monen penting merenungkan apa-apa yang telah berlalu dalam hidup kita selama
setahun ini. Tunjuannya minimal dua: disatu sisi untuk kita syukuri, dan disisi
lain untuk kita istighfari.
Ya, terhadap segala hal baik, positif dan
konstruktif, serta beragam kenikmatan tak terhingga yang telah kita terima dan
reguk dalam hidup selama setahun berlalu ini, semua itu wajib kita sykuri.
Disertai harapan semoga Allah Ta’ala mempertahankannya dan bahkan menambah
serta meningkatkannya bagi kita.
Sedangkan untuk segala hal buruk, negatif,
destruktif, dosa dan kemaksiatan yang juga tak terhitung dalam kurun usia
setahun yang lalu ini, maka kita wajib bertobat darinya dengan taubatan nashuha
dan beristighfar atasnya dengan istighfar yang sejujur-jujurnya dan
setulus-tulusnya. Disertai harapan semoga Allah Ta’ala menutup tahun ini bagi
kita semua dengan penerimaan yang baik terhadap tobat dan istighfar kita, serta
membuka lembaran tahun baru dengan taufiq perubahan dan perbaikan diri. Aamiin!
Kelima: Khusus untuk kaum muslimin yang sengaja
melangkahkan kakinya keluar rumah tepat di malam tahun baru ini, baik yang
berada di jalan-jalan raya atau di tempat manapun lainnya, dengan niat untuk
turut berhura-hura secara sia-sia, berpersta pora secara tanpa makna, bahkan
juga untuk berbuat maksiat dan dosa yang membawa petaka. Ya, untuk semua
saudaraku yang bersusah payah begadang dan sengaja ingin melibatkan diri
menjadi bagian dari “saksi-saksi palsu” atas pergantian tahun, silakan merenung
dan bertanya pada diri sendiri: Untuk apa semua ini aku lakukan? Itukah cara
tepat untuk mengekspresikan rasa syukurku atas segala nikmat yang telah
kuterima, dan yang akan mendekatkan diriku kepada Allah Sang Penganugerah-nya?
Begitukah model dan gayaku dalam menunjukkan tobat dan istighfarku atas segala
dosa selama setahun lalu, yang dengannya aku berharap Tuhan-ku akan menerima
tobatku dan mengampuniku? Ya, silakan masing-masing merenung dan bertanya kepada
diri sendiri!
Adapun bagi para keluarga muslim yang tengah
menghabiskan waktu akhir tahun dengan berlibur bersama keluarga, maka
insya-allah itu positif-positif saja. Tentu dengan syarat harus diisi dengan
segala hal dan aktifitas yang serba positif, konstruktif, baik dan bermanfaat,
minimal yang mubah-mubah asalkan tidak sampai berlebihan!
Keenam: Dengan berakhirnya tahun 2012 dan
hadirnya tahun baru 2013, berarti telah bertambah satu tahun lagi dalam usia
masing-masing kita. Dan sebagai kaum beriman, itu harus kita pahami dan sikapi
sebagai bertambah banyaknya nikmat umur dalam hidup yang yang akan kita
pertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah di akherat.
“ Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang
hamba dari pengadilan Allah dihari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya,
dihabiskan untuk apa, tentang ilmu pengetahuannya, apa yang telah diamalkan
darinya, tentang hartanya dari mana didapat dan untuk apa dibelanjakan, serta
tentang raganya, untuk apa digunakan “ (HR. At-Tirmidzi).
Disisi lain bertambahnya umur juga berarti
berkurangnya waktu dan kesempatan kita untuk beramal dan berkarya di dunia ini,
sebagai investasi dan bekal bagi kehidupan akherat nanti, dan juga berarti
waktu kita menjemput kematian yang pasti datang dan kembali ke haribaan Allah,
telah semakin pendek dan dekat. Dan perenungan serta muhasabahnya disini
adalah: Sudahkan kita benar-benar siap untuk menghadapinya?
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr [59]: 18).
Ketujuh: Akhirnya, mari berazam bersama – dengan
izin dan taufiq Allah – untuk menjadikan tahun baru 2013 M., sebagai tahun
pembaruan iman, ilmu, amal, moral dan mentalitas yang lebih syar’i dan islami.
Juga mari bertekad bersama – dengan izin dan
taufiq Allah – untuk menjadikan tahun baru ini, sebagai tahun perubahan positif
dan konstruktif bagi diri masing-masing kita secara khusus, bagi keluarga kita,
bagi masyarakat kita, bagi bangsa kita, dan lebih luas lagi bagi ummat kita
dimanapun berada. Sehingga dengannya insya-allah bangsa kita akan tampil lebih
terhormat dan bermartabat, serta ummat kita akan lebih eksis sebagai ummat yang
berjaya! Semoga! Aamiin!
Sumber : inspirasiislam.com
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Related :