Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan
perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan
hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min:
Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa
hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya.” (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui
jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW,
diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min
Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no
18455, 18360, 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab
Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.
Makna Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi
mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman
digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang
digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini
akan mempesona siapa saja.
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari
adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya
dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia,
kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran
terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan
anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan
sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih,
kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini
bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti
memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan
bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah
SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya
keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan:
Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak
ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad
yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan
tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian “nrimo”,
ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki
dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan.
Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang
menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru
ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan
tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat
pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi
buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan
dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian
berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.
Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif,
namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Makna Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi
istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro”, yang membentuk
infinitif (masdar) menjadi “shabran”. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan
dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua
matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia
ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari
keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta
selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai
pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang
lalai dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari
keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah,
menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan
oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan
al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan
kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi
adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk
berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal
jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan
senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk
mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai,
bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan
untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari
dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika
ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur’an,
kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun
fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT,
yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama
mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur’an menjadi beberapa macam;
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat
dalam QS.2: 153: “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah
dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak
terdapat dalam Al-Qur’an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46,
10:109, 11: 115 dsb.
2. Larangan isti’ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah
firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang
yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka…”
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam
QS. 2: 177: “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa.”
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran
(3: 146) Allah SWT berfirman : “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT
senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8:
46) ; “Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang
yang sabar.”
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur’an
(13: 23 – 24); “(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak
cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua
pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bima shabartum” (keselamatan
bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.”
Inilah diantara gambaran Al-Qur’an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran
lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku
yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.
Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur’an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda
Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin,
Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar,
hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;
1. Kesabaran merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan
kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW
mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara
optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: “…barang siapa yang
mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya
seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW
mengatakan, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan
lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu’min,
sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; “Sungguh menakjubkan perkara
orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan
kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah
memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar
karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan
kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya.” (HR.
Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah
mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata”Seakan-akan aku memandang
Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya
Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR.
Bukhari)
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah
menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun
orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam
sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, “Tidaklah
seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya
dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan
menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus
asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa
hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik
baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas
bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang diantara
kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya.
Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah,
teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan
wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada
Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari
Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah,
membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk
beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal
yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam
melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat
dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah
diperlukan beberapa hal,
- Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu
kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya’.
-
Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di
tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan
sunah-sunahnya.
-
Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak
membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang
lain.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga
membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah
untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang
haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan
“menyenangkan”. Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang
“menyenangkan”.
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan
musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta,
kehilangan orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara
spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan
untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada
bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang
memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai
permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita
bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering
dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar
yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang
wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW
bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut
menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan
tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada
wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu
ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian
ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau
wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat
pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi
musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk
menghadapinya).” HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya)
sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang
memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam
kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)
4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari
kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat
(memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan
kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku
‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka
bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR.
Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim
apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak
negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak
berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka.
(HR. Turmudzi)
6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan
himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya
pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-Kiat untuk Meningkatkann Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang
seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak
negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak
maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah
kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna
meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia
semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan
sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur’an, baik
pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala
bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang
dikandungnya. Karena al-Qur’an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam
kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal
yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan
jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih
kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan
insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan
keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti
malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena
hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan
ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk
menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa
sesungguhnya Allah akan melihat “amalan” seseorang yang dilakukannya, dan bukan
melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi.
Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal
ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk
menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in
maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan
keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar
mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu’min, yang sesungguhnya sifat
ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki
potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.
Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada,
atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif,
untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik
lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai
sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang
berusaha di jalan-Nya.
Wallahu A’lam
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.
Sumber:http://www.eramuslim.com/syariah/tafsir-hadits/makna-sabar.htm
Related :